Saturday, February 18, 2012

Ghost Radar

Tempo hari ini saya dan teman teman suka melakukan eksperimen yang entah apa namanya. Mulai dari eksperimen break dance dengan menggunakan lagu Peduli Kasih, sampe yang satu ini, yaitu Ghost Radar di hp Nida.


Awalnya, saya yang lagi melaksanakan rencana David (yang akhirnya gagal total diakibatkan efek gravitasi), lagi berdiri didepan Toilet sekolah sambil pasang muka galau. Tiba tiba ada Vicky sama pacarnya, Yunita. Yunita narik Vicky ke kantin. Tiba tiba Vicky narik Vito ikut. Dan akhirnya Vito menarik David. David ga narik siapa siapa saat itu. Lalu, Tesa dan Nida tiba tiba lewat dengan pose Nida lagi makan nasi goreng yang ngeluh "Ini gue kapan makannya?!" dan Tesa yang lagi bawa hp lalu hp itu diangkat angkat ke udara kayak ngasih sesajen.


"Kalian ngapain?" tanya saya pada Nida. 


"Nyari setan mir."


"Ha?"


"Iya nyari setan di sekitar sini. NIDA!!! ADA SETAN DISINI! LIAT INI! DEPAN 8A!! AH DIA MENGHILANG. TIDAAAAK!!!" Tesa tiba tiba nyaut, lalu menjerit seksi.


"MANA TES?!" Nida ikut ikutan menjerit eksotis. 


"Nid gua bagi nasi gorengnya dong suapin aaa." saya, keluar dari topik pembicaraan.


Iya, Tesa menggunakan Ghost Radar buat nyari nyari hantu. Ketika sang hantu menghilang, Tesa langsung galau. Kemudian kita cek ke toilet wanita. Entah gimana dan kapan terjadinya, saya dan Tesa pegangan tangan sambil ngecek ke setiap sudut toilet. Setelah keluar toilet, kami langsung nyadar.


"Sejak kapan kita pegangan tangan, tes?"


Tesa menggeleng.


Saat masuk kelas, disitu bener bener udah kacau abis pelajaran Mam Yuli. Yang lain pada ngoreksi pidato masing masing, sementara saya, Fitri, Nida, dan Tesa chatting sama hantu. Dimana bukan kita yang curhat sama hantu itu, tapi malah hantu itu yang curhat sama kita. Kita catet tiap kata yang ia lantunkan untuk kami berempat.




Major
Peace
Body
Grey
Jump
Bird
Cheer
Wheel
Spring
Feed
Taste
Just
Only
Spend
Prepare
Tax
Troops
Tomorrow
Announce
Engine
Hostage
Test
Beauty
Rain
Friend
Coalition
Hold
Story
Iron
New
Beat
Another
Eat
President
Agriculture
Group
Gray
Dollar
Clean
Kind
Yesterday
Mix
First
Occupy
Both
Add
Hostilities
Share
River
Public




Setelah nyatet semua kata perkata yang disebutkan oleh hantu galau itu, akhirnya kami dapat menyimpulkan bahwa ia sedang mencoba curhat sama kami. Gak lama Vito sama David jbjb. Dan inilah kesimpulan curhatannya :




"Halo. Selamat datang di dunia Ghost Radar. Disini kalian bisa menemukan hantu hantu yang dapat berkomunikasi dengan kalian, termasuk aku.
Aku adalah hantu yang mayoritas menyukai perdamaian dengan para manusia yang ga bisa melihatku. Kalau mau bentuk tubuhku, aku adalah hantu berambut abu abu, dan suka warna abu abu. Ya, aku sudah agak tua, tapi aku maco.
Aku hantu yang suka melompat. Ya, tepat. Aku adalah pocong. 
Jenis kelaminku adalah laki laki. Karena aku punya..........."


"Sebelum aku mati, aku adalah pocong yang ceria. Tapi saat aku sedang melompat lompat bahagia di tengah jalan...........
Tiba tiba aku kelindes oleh roda gerobak. Lalu aku ditakdirkan untuk menjadi pocong karena saat itu aku lagi loncat loncat di musim semi indah itu. Ah, nostalgia."


"Hm...ngomong ngomong, perkenalan ini membuatku lapar. Karena kamu yang nanya nanya aku, kamu HARUS ngasih aku makan.
Ya, karena aku hantu, kamu harus nurut. Rasa makanannya harus....em....hanya....em...cuma...ya gitudeh.
Pokoknya kamu harus meluangkan waktumu untuk menyiapkan makanan untuk aku. Jangan lupa, kalian juga harus membayar pajak pemberian makanan. Muahahahaha. Kenapa gue ketawa?"


"Karena kalian bagaikan pasukan buatku karena udah ngasih aku makan, makanya, besok tolong umumkan jalanan ditutup. Jangan lupa semua mesin bermotor dimatikan. Kenapa? Aku juga gatau kenapa. Ah, yang jelas, kalian besok harus jadi tahanan aku buat percobaan test kecantikan. 
Aku lelaki kesepian. Aku pocong yang butuh pengertian. Makanya, aku butuh dampingan. Pokoknya harus dapet yang cantik.
Cie. Jadi galau gini kan. Lebih enak lagi kalo lagi ujan ujanan. Terus tiba tiba selang pemadam kebakarannya seret ga keluar air. Nyesek. Yah pengalaman sih itu."


"Sebenernya, aku cuma butuh temen kok. Satu temen , juga ngga apa apa.
Tapi karena kalian berkelompok, aku jadi terharu. Jarang yang mau dengerin aku ngomong kayak gini.
Ah, aku jadi ingin mendekap dan memeluk kalian. Sungguh terharu aku mempunyai kunjungan perdana kayak gini. 
Kalo kalian ada kesempatan lain, aku pengen banget cerita cerita banyak ke kalian semua. Iyaaa, ini belum apa apa. Kamu belum mendengar kisah cinta segitiga antara aku, kucing, dan tikus. Guruku selalu berkata....
'Jangan kecewakan dia.'
Tapi apadaya. Hatiku terbagi seperti ini. Ohhhh....yeah.
Belum lagi kamu mendengar tentang setrika baruku. Ialah teman setiaku setiap pagi. Setiap aku galau, aku nyetrika sambil dengerin lagu. Setrika itu membuatku bersemangat disetiap goyanganku. Tapi aku lebih suka saat aku setrika sambil dengerin lagu Karl Meyer - Reverse. Pakaianku gosong saat aku berteriak hebat mendengarkan lagu itu. Mengiringi irama beat musiknya. Rasanya lain kalo memakai lagu selain lagu ini. Lagu ini membawaku pada...masa lalu. :("


"Ah, aku lapar lagi. Karena kalian udah dengerin ceritaku, kalian harus ngasih makan aku lagi. Karena ceritanya tadi panjang banget, jadi kalian harus ngasih makan makanan yang biasanya disediakan di meja presiden. Kalian harus menyediakannya dengan pake celemek love love, dan helm Keroro.
Jangan lupa, karena aku suka warna abu abu, makanan itu harus senilai dengan dollar abu abu. He he he. Ngerti kan maksudnya?
Ya walaupun gitu aku pasti bersihin sendiri kok sisa makanannya. Kan aku hantu imut yang baik hati dan tidak sombong *telunjuk di pipi*"


"Ngomong ngomong soal makanan, aku nyoba resep baru loh. Pertama aku nyampur nyampur adonan telur, tepung, gula, susu, apel, strawberry, coklat, daun sirih, daun singkong, kedua, mencampurkan singkongnya, garpu, sendok, kapas, krim pembersih, handbody, tissue, sabun, shampoo, dan akhirnya oreo. Karena anjingku mati pas minum itu, aku buang racikan itu.
Karena anjing jantanku mati, anjingbetinanya tiba tiba menyerangku. Terjadilah pertempuran besar besaran disitu. Setelah aku analisa, ternyata dia hamil diluar nikah."


"Ya ya ya aku tau akan ada yang meng-share ceritaku yang imut ini, lalu ia akan membacanya dengan khusyuk, dan mata berkaca kaca di sebuah sungai yang mengalir tenang, sambil makan oreo sama Afiqa.




Jangan lupa follow twitterku, tumblrku juga. Daaan jangan lupa add facebook dan ym ku. Dan jangan lupa gosok gigi.  For safety public, jangan gunakan sikat gigi yang sudah terkontaminasi dengan pipis kecoa.

Bye bye. Muahhhhhhhhhhhhh. :**********"












Gonna miss you, pochiko.

Wednesday, February 15, 2012

Let Me.

From my "Valse L'adieu" piece.


 Final chapter 


 L'adieu






~OoO~






"Kamu makin kurus." 


Laki laki berambut pirang itu menegur seorang wanita remaja yang baru saja kembali dari Paris itu. Gadis itu hanya tersenyum lemah, dan berjalan mendahului anak yang bernama Kenji tersebut. 


"Senang kau kembali ke Jepang. Kami sangat mengkhawatirkan keadaanmu disana." ujarnya sambil menyusul Akito. Lagi lagi, gadis itu hanya menjawabnya dengan senyum, kali ini sambil merapatkan jaket tebalnya itu.


Kesunyian melanda mereka ketika Kenji mengantarkannya ke mobil. Tidak ada yang memulai pembicaraan dalam perjalanan mereka. Akito hanya menatap kosong keluar jendela, mengamati salju yang turun dengan perlahan. Kenji yang duduk disamping gadis itu pun menoleh kearahnya.


Ditatapnyalah wajah yang 5 bulan ini tidak ia lihat. Ia sangat merindukan senyumnya, tawanya, candanya, dan permainan pianonya. Nada nada yang lembut yang keluar dari permainannya membuatnya semakin merindukannya. Di sisi lain, permainannya juga membuatnya berfikir bahwa usia pianis itu diperkirakan tinggal sebentar lagi.


Kenji menghela nafas. Akito memang sudah sangat berubah semenjak Kaori-sensei meninggalkannya tanpa mengucapkan kata perpisahan. Bahkan Akito belum sempat melihat senyum terakhirnya 3 tahun terakhir saat ia berada di Paris. Kenji mengerti bagaimana Akito sangat terpukul ketika kehilangan Ayah yang paling ia sayang.


Kenji mengalihkan pandangannya dari wajah pucat Akito. Kemudian menyaksikan beberapa gedung yang dilewati oleh mobil Kenji.


Tiba tiba Kenji melihat sebuah Cafe sederhana. Kemudian ia teringat sesuatu.


"Stop disini."


Akito menoleh saat Kenji memerintahkan pada supirnya. Dengan patuh, supirnya pun langsung berhenti di pinggir jalan. Akito memasang pandangan bingung.


"Em....seingatku rumahku bukan di sekitar sini..."


"Memang bukan. Ayo ikut aku."


Setelah Kenji menyuruh tuan Osaka pulang terlebih dahulu, ia menuntun Akito ke Cafe tersebut. Sedangkan Akito hanya menurut dan mengikuti temannya itu.


"Setelah pulang dari Paris, tidak ada salahnya aku mengajakmu berkeliling sebentar 'kan?" ujar Kenji disebelah Akito. Akito menoleh. Kemudian menghela nafas.


"Oke."


Kemudian Kenji membuka pintu tersebut dan membiarkan Akito masuk duluan. Akito menatap sejenak isi dari Cafe tersebut. Dan matanya tertuju pada dua piano hitam dan putih yang saling berhadapan. Kenji tersenyum saat mendapati arah pandangan Akito.


"Aku sering kesini saat kau di Paris. Walaupun sederhana, tapi Kafe ini sangat nyaman. Makanannya enak enak. Kau harus mencobanya sesekali. Um....jika kau ingin mencoba makanan pembuka disana...silahkan saja. Aku sudah kenal dekat dengan pelayan pelayan disini." ucap Kenji sambil menunjuk piano tersebut. Akito menatap Kenji sejenak kemudian tersenyum.


"Terimakasih."


Perlahan Akito pun naik ke panggung yang terdapat piano disitu. Dan duduk di kursi piano berwarna putih. Saat itu Kafe masih sepi, belum banyak pengunjung. Kenji menyusul Akito dan duduk di hadapannya, tepatnya di kursi piano hitam.


Akito pun mulai memainkan lagu Tristesse.


Kenji menghela nafas.


Ia menatap Akito yang memainkan lagu itu dengan penuh penghayatan. Wajahnya masih tampak pucat. Matanya sayu seperti orang yang kurang tidur. Kenji menaikkan sebelah alis matanya.


"Jika kau bermain lagu itu, kau tampak seperti orang yang sedang kehilangan semangat hidup."


Akito mengabaikannya dan terus bermain lagu itu. Kenji menatapnya kosong.


'Kaori-sensei benar benar mempengaruhinya 80 persen..' batin Kenji.


Kenji pun meletakkan jari jarinya ke tuts piano yang berhadapan dengan piano yang dimainkan Akito. Perlahan menekan tuts tuts itu seakan akan mengetes nada nadanya. Akito meliriknya datar sambil tetap bermain. Keito tersenyum sambil menatap tuts tersebut. Kemudian ia menoleh pada pelayan yang menatapnya seakan akan menunggu sesuatu. Ia tersenyum kembali.


"Hey Akito."


Akito meliriknya kembali. Kenji menyeringai.


"Cobalah lagu seperti ini."


Kenji dengan percaya diri langsung menekan satu persatu tuts tersebut. Treble Clef dan Bass Clef ia mainkan dengan sempurna. Tidak lupa dinamikanya. Akito tertegun melihat Kenji yang memainkan lagu klasik Chopin - Black Keys.


"Kenji!"


Kenji menghentikan permainan piano-nya dan menyeringai kearah Akito.


"Apa?"


"Sejak kapan kau bisa.....kau bisa memainkan piano?"


"Tentu saja aku bisa. Kau tidak dengar tadi? Kita sama sama memainkan lagu Chopin kan? Namun permainanmu itu membuatku mengantuk. Cobalah bersemangat sedikit!"


"Kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya!"


Kenji kembali menyeringai.


"Bukan hanya kau yang bisa bermain biola tanpa sepengetahuanku dan tiba tiba bermain mengiringiku, tau."


Akito tercengang sesaat.


Pasti Kenji berlatih saat dia masih ada di Paris. Melihat ekspresi Akito, Kenji tertawa.


"Ayolah jangan bengong seperti itu. Bagaimana kalau kau mengiringiku bermain sedikit?"


"Menantangku ya? Mentang mentang sudah bisa bermain piano, kau langsung mengajakku duel?"


"Eh? Aku tidak........"


"Oke kalau itu maumu."


Akito membunyikan jari jarinya sambil menatap penuh tantang kearah Kenji yang kini membuka mulutnya, bingung.


Akito mulai memainkan lagu Franz Liszt & Paganini - La Campanella. Ia melirik Kenji penuh arti. Kenji menaikkan sebelah alisnya. Lalu, seperti ia mengerti maksud Akito, dia tersenyum menantang balik. Dia pun memainkan lagu tersebut di oktaf yang berbeda, seperti mengiringi Akito yang menjadi suara 1.


Permainan mereka seperti profesional. Konsentrasi dengan lagu dan bagian masing-masing, membuat mereka tidak sadar bahwa pengunjung mulai ramai, menatap mereka penuh kagum. Pelayan pelayan disana pun juga terkagum kagum dengan penampilan tiba tiba mereka. 


Setelah lagu habis, mereka menghirup nafas dalam dalam. Lagu itu memang sulit. Membawa santai, dan candaan seperti permainan, namun penuh tantangan. 


Pengunjung cafe sekaligus pelayan pelayan disana bertepuk tangan meriah. Sambil mengatur nafas, mereka berdua berdiri dan membungkuk dalam dalam menerima applause dari para audience yang secara tidak sengaja menonton permainan mereka yang iseng.


Kemudian...........


"Uhuk uhuk uhuk!"


Kenji menoleh cepat kearah Akito yang terbatuk saat itu. Gadis itu merogoh kantungnya untuk mencari sesuatu ; sapu tangan. Batuknya makin lama menjadi jadi. Kenji mulai khawatir dan mendekatinya.


"Akito...?"


"Permisi sebentar." 


Dengan cepat, Akito berlari keluar Kafe. Tentu saja Kenji menyusulnya. Ia melemparkan senyum pada pelayan pelayan disana dan langsung mengejar Akito.


Akito bersandar di dinding depan Kafe. Ia masih batuk batuk seperti tadi. Kenji mendekatinya dan menepuk nepuk punggungnya pelan.


"Kau tidak apa apa, Akito?"


Akito menjauhkan sapu tangannya dari mulutnya. Dan saat itulah Kenji melihat bercak merah disekitar bibir bawahnya.


"Astaga, Akito! Kau......."


Dengan cepat Akito menyadari apa yang Kenji lihat. Dan segera menghapus bercak merah tersebut menggunakan sapu tangannya. Ia menunduk lemah sambil memasukkan sapu tangannya kedalam kantungnya. Ia merapatkan jaket tebalnya ke tubuhnya. Kenji meneguk ludahnya.


"Maafkan aku."


Akito menoleh keatas, mensejajarkan mata hazel-nya dengan mata ocean milik Kenji.


"Untuk apa?"


"Harusnya aku langsung membawamu pulang untuk istirahat.. Bukan mengajakmu berjalan jalan seperti ini." ucap Kenji lirih. Ia tertunduk menyesal.


"Hahaha. Kau ini. Tidak perlu meminta maaf. Permainan pianomu itu cukup menjadi hadiah kepulanganku ke Jepang." Kenji terkejut mendengar jawaban dari temannya itu. Gadis itu tersenyum manis kearah Kenji. 


"A...aku..."


"Sekarang kita mau jalan jalan kemana lagi? Kau belum lelah kan? Kalau kau lelah, kau payah." ledek Akito pada remaja itu. Kenji menatap Akito sejenak. Kemudian tersenyum lemah.


"Tentu saja belum. Ayo, aku tau tempat bagus untuk jalan jalan." 


Dengan begitu Kenji meraih tangan kecil nan lentik milik Akito. Menariknya lembut ke suatu tempat.


~OoO~




"Selama lima bulan ini, kau menjadi traveler ya? Tempat ini belum pernah kukunjungi."


Kenji tertawa kecil mendengar ucapan Akito.


"Tentu saja. Bermain biola tanpa pianis langganan ku yang mengiringi, rasanya bosan sekali."


"Hah dasar. Kau kan bisa mencari pianis lain selain aku."


"Ah, tidak seru. Aku hanya ingin kau yang mengiringiku."


"Kau ini ada ada saja." Akito menggeleng gelengkan kepalanya. Kenji tersenyum pahit. Mengingat penolakan Akito 5 bulan yang lalu.


Mereka berjalan jalan di suatu taman yang cukup besar. Taman itu tidak banyak dikunjungi. Karena ini musim dingin. Namun menurut Akito cukup indah dan nyaman. Akito dapat merasakan jika musim semi disini, bunga Sakura akan bermekaran dan menghiasi setiap penjuru taman. 


Akhirnya mereka sampai di sebuah pohon yang menjulang tinggi. Akito menoleh kearah temannya, bingung mengapa ia mengajaknya kesini.


"Hey Akito."


"Hm?"


"Jika ini musim semi, orang orang akan berdatangan kesini dan berdoa didekat pohon ini. Jumlahnya tidak sedikit."


"Ha? Kenapa harus di pohon ini?"


"Konon katanya, ada dua pasangan yang bertemu di daerah ini. Makin sering mereka bertemu disini, akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih dan usia mereka juga masih tergolong sangat muda. Maka dari itu, mereka menyembunyikan hubungan mereka dari orang tua mereka."


Kenji berhenti sejenak.


"Namun, sang lelaki disekolahkan oleh orangtuanya di Amerika. Akhirnya dengan berat hati mereka berpisah. Mereka menanam pohon disini. Sang lelaki itu berjanji, ketika pohon ini tumbuh, ia akan kembali. Pohon ini akan menjadi lambang, walaupun sangat lama sang lelaki meninggalkan kekasihnya, namun cintanya dan rasa rindunya akan semakin tumbuh dan besar, seperti pohon ini. Dengan berat hati, mereka pun berpisah dan berjanji akan bertemu di pohon ini suatu hari nanti."


Akito menatap serius Kenji yang sedang bercerita.


"5 tahun kemudian, laki laki itu kembali ke Jepang setelah menyelesaikan studinya. Seperti janjinya, ia akan menemui kekasihnya itu di pohon tersebut. Namun, saat ia sampai ke pohon tersebut. Tampaklah sang kekasih yang tersandar lesu di pohon tersebut. Laki laki itu dengan senyum bahagia menghampiri kekasihnya."


"Lalu?"


"Ternyata kekasihnya mengidap penyakit yang cukup serius. Mengetahui hidupnya takkan lama lagi, ia kabur dari Rumah Sakit lalu menghampiri pohon tersebut. Dan ia wafat disana. Sang lelaki sangat terpukul dan sedih . Semenjak itu, ia selalu datang ke pohon itu setiap hari. Bahkan sampai ia tua. Dan ia pun menghembuskan nafas terakhir di pohon ini."


Akito masih serius mendengarkan kisahnya.


"Yah, kata orang orang, mereka hidup sebagai peri permohonan pohon ini. Mereka menjadi pasangan bahagia disini. Dan karena kebahagiaan mereka, setiap pengunjung disini yang berdoa, pasti akan dikabulkan. Aneh ya kisahnya. Kau percaya tidak?"


"Hm....sebenarnya sedikit seram mengingat pohon ini ada penghuninya. Tapi belum tau juga kalau belum dicoba."


Akito mengepalkan tangannya dan memejamkan matanya. Seraya menunduk khusyuk. Kenji dibuat bingung oleh Akito. 


"Kau sedang apa?"


"Berdoa. Kau berdoa juga. Siapa tau dongeng itu benar 'kan?" kata Akito menoleh. Kenji memasang raut bingung. Akito pun melanjutkan doanya.


Dengan menatap Akito di sebelahnya dengan khusyuk berdoa, ia pun akhirnya memejamkan matanya.


Jika dongeng itu benar, aku memohon, semoga Akito mendapatkan umur yang panjang. Semoga ia mendapatkan kebahagiaannya lagi. Biarkanlah Akito terus di sisiku walaupun aku tidak isa mendapatkannya. Tapi aku akan selalu berdiri disampingnya, mensupportnya walau dalam keadaan apapun. Biarkanlah Akito sembuh dari penyakitnya. Semoga aku tidak kehilangan setiap alunan musik yang dimainkan oleh Akito. Semoga aku dapat bermain biola dengan Akito disampingku, melatih jari jari kecil lentiknya dengan wajah berseri. Dan jika dongeng itu benar, tolong, berilah aku kesempatan untuk berjuang mendapatkannya. Dan suatu hari nanti, aku akan bisa menatap wajah Akito yang masih tertidur setiap hari, dan aku dapat melihat Keitaro-Hiromasa kecil yang berlarian di sekeliling rumah, sambil bercanda menggenggam tangannya. Semoga aku mendapat kesempatan suatu hari nanti, duduk di kursi goyang disamping Akito, melihat generasi-ku selanjutnya bermain dan bercanda bersama anak anakku, dengan tawa yang menghiasi kami.


Semoga aku diberi kesempatan, mendengar permainan piano terakhir Akito Hiromasa, menjelang ajalku. Di kursi goyang, disampingnya, dan melihat senyumnya terakhir kali. Karena, jika ia yang terakhir kali aku lihat, itu lebih baik daripada sebentar lagi ia tidak terlihat di kehidupan panjangku.


Jika dongeng ini benar, semoga permohonanku dikabulkan.




"Hei."


"Hah?"


"Sepertinya kau serius sekali berdoanya." Tegur Akito. Kenji tersenyum pahit.


"Aku hanya mengikuti saranmu."


"Memang kau meminta apa?"


"Hm....katanya, kalau permohonan seseorang diberitahu kepada temannya, permohonannya tidak akan dikabulkan."


"Hah, kau juga percaya yang seperti itu juga ternyata."


"Kan kau yang mengajarkanku. Gimana sih?"


"Terserah lah."


Kenji tersenyum puas. Sementara Akito hanya tersenyum lemah dan merapatkan kembali jaketnya.






Happy Valentine!



Sunday, February 12, 2012

Busy?

Yo!

Akhirnya balik lagi dengan Naomira Azalia yang super keren ini B) *makan tahu berjamaah*

Yah, saya juga engga tau kenapa makan tahu. Ya, yang penting tahu itu gaenak, bagi saya.

Yak, akhir akhir ini saya disibukkan dengan kegiatan sekolah. Berhubung kelas 9 dan mendekati UN, jadi gabisa lama lama didepan komputer, ngurusin blog yang terlantar ini, bermain pun hampir tidak pernah. Hm. Sibuknya kelas 9 ini.

Nggak juga, sih.

Jadi saya itu, santai banget. Saking santainya, saya sampe lupa kalo Fitri itu anaknya Morgan. Btw, blog ini udah di renovasi jadi lebih contrast warnanya, dan yaaa liat bedanya deh. Itunya udah disebelah kiri.  Saya lupa namanya jadi saya panggil 'itu'. Setelah difikir fikir, apa hubungannya Fitri-Morgan sama blog ini? Entahlah. 

Intinya, saya sibuk. Tapi masih sangat santai.

Ya, itulah kebiasaan saya. Santai di saat sedang sibuk. Apalagi soal belajar. Ulangan lagi. Paling cuma yang penting penting doang dibaca. Dan akhirnya, setelah tau hasilnya,kira kira inilah yang terjadi.

Bu Tike : "Nilai TO Bahasa. 5702211, 76." 

Naomira : "Anjrit jelek banget!!!!" *automatic badmood switch : on*

Bu Tike : "5702212, 84."

Nida : "Alhamdulillah!!!!!"

Naomira : "Kayaknya...........ada yang salah. Soal B kok ...bagus bagus?"

Lati : "Mira kamu berapa?"

Naomira : "76 ti, astaga jelek abis ti."

Lati : "Ih iya ih soal A jelek jelek banget nilainya. Yang 8 cuma beberapa. Yang soal B bisa sampe 92 gitu."

Naomira : "Bakar soalnya!!!!!"


Dengan begitu saya berakhir dengan menatap soalnya dengan pandangan penuh penuh penuuuuuuuuuuuh .......laper. Iya, saya lagi lapar saat itu dan lagi dalam situasi kekeringan kantong.

Daaaan, finally ada yang membuat hati senang namun bete.

Zesa : "Mam, saya liat nilai Bahasa Inggris ya?"

Mam Yuli : "Iya itu ambil aja di map biru."

*sesaat kemudian*

Zesa : "Anjrit mir nilai gue ancur parah."

Naomira : "Berapa zes?" 

Zesa : "*bisikin*"

Naomira : "Lumayan zes lulus kkm"


Zesa : ":("


Pas Zesa ngasih kertas ke saya.


Nilai BahasaInggris eke....


88.


"JELEK!!!!!!!!!!"


"Gigi lu jelek mir! Itu bagus! Bagus!!!!!!"


"KALO BAHASA SEGITU TERUS INGGRIS SEGINI MAU JADI APA GUE ZES?!"


"ELU MENDING MIR!!!"


"ELU SOAL B ZES!! BAHASA LU BAGUS!!"


Daaaan akhirnya diakhiri dengan cakar cakaran angin ala gue dan Zesa.


Well, hari ini saya abis tes buat masuk SMA Labschool. Dan itu sangat menguras energi.


Mungkin anda bertanya tanya kenapa menguras energi. Ya, saya capek duduk dan saya harus mengeluarkan tenaga buat mikir Psikotes dan Tes Akademik. Belum lagi kalo ingus meler terus saya harus narik ingus itu tanpa suara yang mencurigakan. Pengawas mungkin akan curiga kalo masa kini ada kode berupa suara ingus.


Belum lagi kalo punggung gatel. Belum lagi kalo kaki gatel. Belum lagi kalo pensilnya tumpul. Belum lagi kalo posisi duduk gaenak atau pegel. Belum lagi kalo leher pegel dan harus mengikuti gaya kepala boneka Hoka Hoka Bento. Capek men!


Belum lagi Psikotesnya yang suruh bikin gambar dengan lingkaran2 yang ada disitu.


"Bikin sekreatif mungkin yang kamu fikir gabakal ada yang berfikir sama kayak kamu."


Akhirnya saya gambar Keroro Shoutai. Lengkap. Keroro, Giroro, Dororo, Kururu, Tamama. Tadinya mau gambar Garuru Shoutai biar banyak. Tapi takutnya yang meriksa berfikir bahwa saya adalah manusia kodok dan akhirnya saya ga diluluskan.


Dan yang paling penting, mama ga beliin Hop Hop.


Emang sih ga banyak kenalan disini. Paling cuma Delfi sama Rianto. Dan peristiwa ketemu Rianto itupun random abis.


Pertama, saya berdiri di gedung dekat dengan ruangan tes saya, ruang 3. Sementara Rianto ruang 8. Dan kami lagi bbman.


"Eh, lo dimana ruangannya to?"


"Ruang 8 mir. Di seberang ruang lu."


"Seberang to?"


"Iyo mir."


"Hmmm kayaknya gue ngeliat elu deh. Lambaikan tangan deh."


Then, Rianto beneran melambaikan tangan dengan lemah gemulai seakan akan dia ga kuat berada di TKP Masih Dunia Lain. Intinya, kami ga sadar kalo daritadi kami bbman tapi sebenernya seberang2an pas.


Dan akhirnya saya pun sampai dirumah dengan keadaan tepar juga lega karena tes udah berakhir. Hingga mama pun ngabarin kalo nanti malem ada kondangan dan Dita ikut.


Dita ikut!!!


Tadinya saya alesan capek (padahal males ikut) ke mama. Pas mama bilang ada bocah itu, akhirnya inilah yang terjadi.


"Em, ma, Dita ikut?"


"Iya ikut lah Mira. Nanti dia sama siapa dong dirumah?"


"Oh gitu, kenapa ga dititipin disini aja?"


"Ya kejauhan lah mir. Bude kan langsung."


"Oalah. Aduh aku masih capek gini."


"Yaudah kabarin bude. Kasian kan bude ngarep ngarep kamu dateng."


"Hmmm ntar deh."


Kemudian mikir lagi.


"Em ma, yakin Dita dateng? Jam berapa? Duluan mama apa bude?"


"Halah kamu mau yaaa? Mau kan?"


"Eehehehe"


Sejak kapan mama belajar baca fikiran?


Karena udah ngomong gitu, akhirnya mama semangat nyariin baju buat saya. DAN TAU GAK? SUNGGUH FEMINIM..........!


Sambil ngeliat ke kaca, saya membatin, 'untuk malam ini, gapapalah jadi cewek....lalu sebenernya gue ini apa?'


Oke, kini saya mikir. Nasib tugas Pak Murjani yang saya terlantarkan 2 minggu itu gimana? Dan gimana cara ngafalin lagu tugas Bu Nora dan ngafalin not "Mother How Are You Today" buat ujian praktek Musik? Gimana cara bikin pidato tentang Penyalahgunaan Narkoba buat praktek Bahasa Indonesia? Terus nasib Senam Lantai nya gimana? Nasib lari 2,4 nya? Sibuk abis. Harusnya hari ini dipake buat ngerjain tugas Pak Murjani, tapi kondangan dan Dita mengubah segalanya *berdiri diatas gunung*


Gue tau ini random, tapi.........................


Tim Kakashi, Dosu, Shigure di Naruto itu emang bagus. Saking bagusnya membawa saya ke level tingkat Missing Nin dengan Winstreak yang cukup bagus. Ahahahahaha. Kenapa ketawa?


Akhir kata,




Kakashi ganteng.




Sekian.