Thursday, January 19, 2012

Weirdnessday

Mungkin hari Rabu ini adalah Rabu yang sangat random 


 Mulai dari meja yang permukaannya udah ngga beraturan lagi. 


Bisa dilihat disini banyak coret coretan yang menyimbolkan bahwa anak SMP jaman sekarang banyak galaunya daripada belajarnya. Di meja tersebut tertulis kira kira seperti ini : "I HATE LOVE!" Disini kayaknya si penulis mengungkapkan kegalauan hatinya bahwa ia membenci yang namanya Cinta. Mungkin si Cinta pernah ngutang ke si penulis lalu si Cinta ga bayar bayar sampe si penulis karatan dan tak layak pakai. 


 Ternyata tulisan itu gak hanya satu tapi 3 biji. Cinta, ngutang itu gak baik. Apalagi kamu udah bikin galauers nulis nulis di meja yang gak bersalah yang kini sedang gue tatap lekat lekat goresannya. Gue gabisa gambar dengan tenang , cin. Lo tau gak? Penulis ini nulisnya tuh niat banget. Dia bawa gergaji dari rumah terus ngopek ngopek meja gue dengan nafsu. Cuma untuk menulis "I HATE LOVE". Gak bener lo, cin. Granat pete emang.


 Gak hanya si Cinta yang bikin ulah di meja gak berdosa ini tapi ternyata SM*SH juga.


 Penulis ini dengan tidak berdosanya nulis "I LOVE SM*SH". Terus nama personilnya ditulis dengan bentuk TTS. Morgan, Bisma, Ilham, Rafael, Reza, Dicky, Rangga. Sekarang gua tau eksisnya SM*SH itu sampe ke meja meja gua, cin. 


 Tapi enggak gini juga! Ada dua baris TTS yang isinya nama SM*SH dan nama nama personilnya lengkap. Percuma si penulis nulis nulis ginian. Ga ngaruh sama nilai Fisika saya. Yang ada setiap lagi ulangan ngeliat itu tulisan langsung nyanyi " KAU BUATKU GERAH RAH." Lalu kemudian anak anak langsung nyalain kipas bertenaga tinggi dan kertas ulangannya terbang lalu ulangannya batal........ 


 Karena saya kesel akan TTS SM*SH itu, akhirnya saya isi nama personilnya. 


 "Ucup" 


 Saya membayangkan gimana saat personil yang lain nge dance, dia malah mainan kaktus lagi nikah sirih sambil tengkurep, kakinya digoyangin keatas kebawah dan nyanyi "nina bobo". Absurd emang.


Belum lagi tulisan di dinding "GUEH ELOH END."


Kenal aja enggak sama yang nulis. End end an aja.


Terus yang paling absurd, adalah tulisan "Gue merasa bersalah." Di dinding deket Nida, dan dibawahnya ada tulisan "Oh.". Ada lagi tulisan "Dek, tolong jangan coret coret dinding yaa. Kasian adek kelas kamu nanti. Ok?Ok? Okee." Entah ini semacam jayusan atau apa.


Dan saat itu, tiba tiba ulangan Fisika ttg magnet. Pak Toha ngasih waktu belajar sampe bel jam pertama . Sebagai manusia (yang duduk disebelah anak) pinter, saya belajar. Dan untungnya soal soalnya ga terlalu susah. Tapi soal tentang elektromagnet itu bikin saya keder. Saya inget ttg kaidah tangan kanan. Jadi saya mempraktekkan itu karna soalnya emang lagi itu. "4 jari menunjuk arah arus listrik dan ibu jari menunjukkan arah utara." 


 Great, sekarang gua tampak seperti Mr.Bean yang lagi nyetopin mobil. 


 Selesai ulangan, langsung masuk ke pelajaran IPS ttg Geografi. 


Dan itu pun sangat random. Yang paling menarik perhatian adalah ketika Pak Tukirin menggambar sebuah Garis Balik di LU dan LS, dan menggambar gerak semu matahari sesuai dengan perpindahan per bulan.


Pertama gambar tersebut tampak biasa. Matahari normal dengan garis garis yang 'ceritanya' adalah sebuah cahaya. Namun setelah beberapa gerakan gambar matahari itu, tiba tiba tumbuh mata di matahari tersebut. Tidak lama kemudian muncul mulutnya. Dan terakhir hidungnya.


Sungguh mengharukan gambar tersebut.


Setelah pelajarannya lama lama mulai membuat ngantuk bagi saya dan Fitri, juga semuanya, akhirnya suasana hening menyelimuti ketika Pak Tukirin memberikan kesempatan untuk kami menulis. Bagaikan aqua yang diletusin dengan diinjak di suasana hening, Pak Tukirin berteriak


"DI BULAN JANUARI..."




Dan tiba tiba Fitri loncat. Saya mengedipkan mata, kaget. Dan Nida terbangun dari tidurnya dan langsung pake sikap siap. Tesa ngakak nunjuk nunjuk Fitri.


"Ngahahahaha Fitri kaget! Dia kaget! Haduh Fitriiii fitri!! Hahahahaha."


Iya, muka Fitri emang proposional untuk kriteria wajah paling datar. Hampir tidak ada ekspresi..


Ngomong ngomong soal Fitri dan tulisan SM*SH, tiba tiba Flashback pun datang.




"Eh gua merasa terhina nih." ujar Nida tiba tiba.


"Kenapa nid?" tanya saya. Tesa nengok kearah Nida sementara Fitri masih asik sama soal Matematika-nya.


"Nama gua sama nama pacarnya Ifa sama masa. Jadi kalo Ifa manggil pacarnya, gua merasa ada yang menyerukan nama bapak gue."


"Wakakakaka. *sensor* , nid?" Tesa ngakak. Saya ikutan. Nida ngangguk.


"Iya. Panggilannya sama sama *sensor*lagi." ujar Nida "Eh, tapi jangan ngomong ngomong lu yaa." lanjutnya. Saya sama Tesa ngakak sambil ngangguk ngangguk.


"Santai aja elah nid. Kan itu nama bapak sendiri. Masa iya ga diakuin." kata saya, santai.


Nida kedip kedip pake muka plongo. "Iya juga sih ya."  Nida kemudian nyengir. "Nama bokap lu *sensor* kan ya, mir?"


"Iya."


"Sama kayak anak 9A! HAHAHAHA!"


"Gantengan bokap gue, nid. Ga sudi disama samain gitu, nid..."


"Iya lah mir elu kan anaknya."


"Kalo Tesa siapa? Tenang tes, gabakal dikasih tau kok." ujar saya.


"Nama bapak gue........... *sensor*."


"Ha? Siapa?" tanya Nida


"*sensor*"


"Itu tes?"


"Iya mir..."


*kemudian hening*


Nama ayahnya Tesa bener bener terlalu batak, kayaknya.


Kemudian saya nyolek Fitri.


"Nama bokap lu siapa fit? Kita main jujur jujuran nih."


Fitri sambil nulis, dengan entengnya jawab "Ah engga ah nanti elu ngakak."


"Engga lah fit."


"Ah engga ah tetep aja gamau. Nanti pasti ngakak."


"Emang kenapa sih pit?"


"Namanya terlalu modern."


"Ya, siapa?"


"Gamau."


"Yah Fitri mah. Yaudah deh."


Kemudian beberapa saat kemudian hening. Pada ngerjain tugas matematika masing masing. Sementara Pb nungguin anak anak sambil nyisir rambutnya pake tangan. Gaya stay cool yang cukup unik.


Tiba tiba tanpa aba aba, Fitri langsung nyeletuk.


"Nama bokap gua....Morgan." ujar Fitri, datar.


"Ha? Apa fit?" saya menghentikan acara menulis saya, sambil nengok ke Fitri.


"Morgan."


.
.
.
.
.
"WAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKA!!!!!! LU SERIUS?!"


"Gak lah mir!"


"Koplaaak! Wakakaka."


Lalu Nida dan Tesa nanya saya apa yang terjadi. Tiba tiba mereka ngakak ga ketahan. Peristiwa itu berlangsung selama 5 menit.


"Fit, Morgan namanya? Wakakaka." Tesa ngakak khas nya. Sampe dia maju mundur maju mundur.


"Bercanda tau, tes." Fitri mau ketawa tapi gabisa. Wajahnya terlalu datar.


Ya, peristiwa kedataran Fitri ngga cuma sekali. Tapi berkali kali. Termasuk saat dia pengen diemin Nida Tesa yang lagi bercanda, tapi karena celetukannya, mereka malah tambah ngakak. Bagaikan menuang minyak ke api -_-


Ya, selesai pelajaran Pak Tukirin, akhirnya kita istirahat. Dan ini sunggulah random. Ketika saya keluar kelas, tiba tiba Febi nyamperin saya.


"Miraaa."


"Yo Ebi."


"Mir, si Zesa masa gak masuk mir."


"Lah kenapa dia? Kayaknya semalem dia masih tanding deh bi."


"Feeling gua mengatakan kalo adeknya dia yang masuk siang bilang hari ini libur lalu dia ikutan libur, mir."


"Sungguh kepriben."


Tiba tiba Vito dari kejauhan lari lari nyamperin Ebi.


"Ebiiii." seru Vito sambil lari ala India. Febi yang saat itu pake celana panjang yang seharusnya celana pendek, ngeliatin Vito datar sambil terus jalan.


"Bi, bi, masa Mira gatau bi."


"Tau apaan to?"


"Ituloh yang ituuu."


"Apa to?"


"Yang kemaren kita omongin..."


"OH YANG ITU! hahaha! Jangan sampe Mira tau, to."


"Kalian oon ya? Ngomongin gua padahal ada gua disini." ujar saya kesel.


Mereka cengengesan sambil rangkul rangkulan layaknya maho sedang mencari jati diri.


Akhirnya saya mencoba melupakan perkataan Vito yang sebangku sama saya pas di MC. Dan kembali melanjutkan hidup saya. Sebenernya ga ngaruh sih.




Setelah bel masuk, ternyata ulangan lagi. Kali ini Bahasa Indonesia bersama Bu Tike. Biasanya, abis santai santai, saya langsung blank kalo baca soal Bahasa yang cukup banyak bacaannya itu.


Dan bener aja kan. Baca nomor satu aja gak kelar kelar. Ngulang2 mulu buat nyari gagasan utama itu bacaan. Ampun deh.


Setelah beberapa nomor saya kerjakan, Tesa nyuruh liat nomor 46. Saya lihat itu bacaan. Sebuah puisi patah hati. Kan udah saya bilang, anak SMP jaman sekarang kebanyakan galaunya daripada belajarnya.


Tapi anehnya, Tesa bukannya galau , malah Nida yang galau. Dia terus terusan mengingat tanggal "14". Apalagi 14 Februari itu....Valentine. Walaupun ga penting sih buat saya. Tesa ngakak sambil baca puisi itu dengan penuh penghayatan. Ya, setiap lagu dan puisi yang dilantunkan oleh Tesa, pasti semua akan terasa lawas.


Tidak lama setelah itu, peristiwa yang bikin tegang pun datang.


Suara ponsel seseorang bunyi.


Bu Tike yang tadinya lagi nulis, langsung nengok dan nanya.


"Hayooo hp siapa tuh bunyi." Ucapnya dengan nada datar tapi dingin.


Anak anak otomatis ngeliat sekeliling.


"HAYOOOOOO." Ucap kami serempak. Tp gak ada yang mau ngaku dan ga ada yang merasa punya nada dering kayak gitu. Akhirnya semua melanjutkan aktivitas mereka kembali, mengerjakan soal ulangan.


Tiba tiba anak kecil yang di warung itu jalan dari arah kantin. Bawa tas ibunya dan pake baju putih celana pink. Dan gak lupa dia mengenakan alas kaki transparan, bahasa kerennya : nyeker. Saya ngeliatin apa yang akan dia lakukan setelah ini. Lalu suara hp itu bunyi lagi.




'Jangan jangan punya anak ini...'. Fikir saya.


Bener aja. Itu bocah ngambil hp dari kantongnya, lalu meletakkannya di kuping dia. Dan dia langsung ngomong (tepatnya teriak) "HALO?! Aceunjaunjaunja. Husohusojujujuju. Emmmmm gitu ya. Usususuiiyaiooollloolololo. Assasaayujujkomama. Hmmm. Iya mbak aku pesen es batu 3 setel."


Saya sweatdropped.


Nyolek Fitri.


"Hp nya dia, ternyata, Fit." Fitri nengok kearah kantin. Dia pasang tampang celingus. Terus nyengir.  


"Pantesan."


Saya hanya bingung. Dia pura pura nelfon, dengan telfon yang ia bunyikan sendiri. Yah, namanya anak kecil. Tapi dia udah sekolah, sih. Kenapa saya bisa tau? Oh nggak bukan karena saya menyelinap masuk rumahnya.


Gak lama kemudian anak anak pun nyadar kalo bocah itu lah yang memiliki hp tersebut. Mereka ketawa sejenak. Lalu ngerjain lagi.


Setelah itu, temennya dateng. Kali ini usianya lebih muda dari dia. Sekitar 3-4 tahunan. Kalo yang ini saya rasa wajar.....


Dia juga punya hp yang serupa. Yang bisa bunyi juga.


Kemudian bukannya saya ngerjain, saya nyender di dinding sambil ngeliatin 2 anak itu melakukan aktifitas bermain layaknya orang dewasa.


Anak yang usianya lebih tua itu, nelfon sambil madep belakang. Lalu anak yang satunya dateng dari belakang sambil ngomong. Lalu anak yang lebih tua itu nengok ke belakang melihat temannya. 'Mungkin ceritanya mereka udah ketemu lalu telfonnya akan ditutup'.


Tapi saya meleset. 


Anak yang lebih tua itu menepuk bahu temannya sambil merangkulnya sedikit. Lalu sepertinya bilang "Hai jeng.". Tapi kemudian mereka melanjutkan berjalan berjejer tapi masih telfon telfonan.


Saya sweatdropped, lagi.


Setelah menyicil beberapa soal, hp nya bunyi lagi. Saya berusaha menghiraukan mereka. Sampai Tesa tiba tiba ngomong.


"Itu lagu yang 'Ayaya nanana na na na na.' itu kan?" Ujarnya sambil nyontohin. Ituloh, lagu yang kayak di hp hp an. Ringtone masa depan. Kayak barbie tapi bukan gitu lah. Suaranya juga sampe 13 oktaf.


"Eh, iya, Tes. Nyimak aja lu." kata Nida.


"Ketara banget oyooh. " Tesa ngakak. Mengingat bagaimana lagu itu cocok buat anak yang lebih tua dengan rambut bob pendek dan nyeker sambil berjoget ria ala K-Pop.


Akhirnya Tesa ngerjain sambil nyanyi lagu itu.


Kemudian, pas udah hampir cukup selesai, saya nengok lagi.


Sekarang tampak mereka jalan depan belakang dengan anak yang lebih muda didepan temannya tersebut. Mereka bawa hp. Dan entah bagaimana caranya, mereka menekan tombol hp itu bersamaan sehingga bunyi bersamaan. Mengangkatnya pun juga kompak. Sampe bilang "Halo" nya pun bersamaan. 


Anak anak ketawa denger kekompakan mereka.


Dan lagi, mereka membicarakan sesuatu yang tidak akan kami mengerti.


Disini pun ada kejanggalan. Anak yang lebih tua tiba tiba berbaring di lantai lalu kakinya dinaikkan keatas pintu. Jadi dari bawah, cuma tampak kakinya yang menjulang keatas sementara temennya ngeliatin dia dibawah. Ekspresinya menyiratkan "Injek gak yaaaa."


Tesa sama Nida ngakak ngeliat kaki anak tersebut. Tiba tiba anak itu bangun dan lanjutin telfonan.


Saya geleng geleng.


"Seinget gua, gua gapernah gitu deh sama adek gua pas masih kecil. "


Fitri ketawa khas nya. "Gua juga mir."


Saya hanya inget kalo adek saya dan saya sering bermain boneka. Dan yang ngajakin selalu adek saya. Perlu dicatat kalo adek saya itu cowok.


Jadi dari itu semua, saya dapat menyimpulkan percakapan mereka. Kita sebut saja yang anak lebih tua itu namanya "Siska" dan satunya namanya "Lolli".




~~~




Siska sedang berjalan di Ruko Eropa yang sangat mewah ini. Dia udah janjian sebelumnya sama temennya, Lolli. Namun temannya tersebut tidak kunjung datang juga. Tiba tiba ponselnya berbunyi nada dering (kita sebut saja) "Ayaya". Siska dengan ekspresi wajah kesal karena menunggu lama, mengangkat telfonnya.


"Halo." ujarnya datar.


"Jeng? Kamu dimana? Aku udah mau masuk Ruko nih."


"Gue udah nunggu elo dari 2 jam yang lalu, tau. Gue udah sempet ke Kafe tadi. Tau gak? Nungguin elo aja, gue udah ngabisin 5 piring Pizza, Spaggheti, Chicken Soup dan Nasi Uduk. Terus gue minum Hot Chocolate , lalu Iced Orange Juice, dan karena kesel gue makan cincau. Elo tau gak? Karena kesel, sekarang gue mesen es batu dan gue sekarang lagi ngemut. Cuma nungguin ELO doang. Lama tau!"


"Maaf jeng. Ngomong ngomong kamu rakus juga ya?"


"Iya . Tapi kata papa gue, gue cantik."


"Kayaknya gaada hubungannya deh?"


"Tau ah. Lo sekarang cepet dateng. Ato engga, nasib lo, gue, end."


"Aku dibelakangmu, jeng."


Siska pun menoleh sambil memegang telfonnya. Dia menepuk bahu Lolli.


"Kenapa elo ga bilang, Lol? Ngabis2in pulsa gue aja lo."


"Iya maaf. Tapi kan yang nelfon aku?"


"Ya lo apa gue kek. Sekarang, kita langsung aja ke Cafe."


"Ini gak dimatiin?"


"Ceh elo. Gak gaul. Ini tuh biar kita keren. Lo tau gak? Di era masa sekarang, telfon udah dimana mana. Jadi gak aneh kan kalo kita telfonan jarak deket gini?"


"Ya sih jeng. Tapi jeng, kita kayak orang gila?"


"Elo aja sih iiiisshhh. Gue enggak!"


"Jeng."


"Apa lagi?"


"Pulsaku abis."


"Payah looo ah. Gak pake paket ya lo?"


"Hehe, lupa, jeng. Gimana kalo jeng aja yang nelfon aku?"


"Ide bagus tuh!"


Kemudian Lolli berjalan duluan, sementara Siska diam ditempat sambil nyari nama kontak Lolli. Dan kemudian menelfonnnya.


Hp Lolli pun berbunyi.


Dan akhirnya Lolli mengangkatnya. Dan mereka pun kompak bilang "Halo?"


"Eh kita kompak ternyata!" kata Siska.


"Ih iya jeng aku ga nyangka kita bisa sekompak ini. Padahal kita lahir di dunia yang berbeda."


"Kalo maksud lo orangtua yang berbeda, gue bisa ngerti, Lol."


"Iya maksud aku gitu."


"Gimana? Elo udah dapet pacar?"


"Belum. Mama bilang aku masih kecil. Jadi aku gaboleh pacaran dulu, sis."


"Eh kita kan ceritanya lagi jadi orang umur 20-an?" Siska menurunkan telfonnya sambil bisik2.


"Ah iya aku lupa!" Lolli menepuk dahinya. Dia pun melanjutkan "Belum ada yang cocok, jeng."


"Ampun deeh. Gue aja udah ada gebetan tau. Cuman dia rese. Minta traktir mulu."


"Siapa jeng?"


"Kucing tetangga gue. Karena kesel, kemaren gue ngasih obat bius ke makanannya dia. Biar bisa gue curi. Taunya besoknya dia mati. Tuh liat di kompleks gue. Bendera kuning. Lo jangan bilang bilang."


"Yaampun jeng. Apa itu gak dosa?"


"Lah kan gue gak tau, Lol, kalo dia bakalan mati. Gue capek di PHP-in gini."


"PHP itu apa jeng?"


"'Pandangan Hidupgue Pendek'. Ya 'Pemberi Harapan Palsu', lah!!"


"Oh yaampun. Tapi kalo kamu nanti kena karma gimana? Arwah kucing itu gentayangan, tiba tiba kamu dicekokin makanan herder?"


"Gak bakal ya."


"Mmmm yaudah deh."


Beberapa saat mereka telfonan jarak dekat, tiba tiba ketika mereka mau menyebrangi sekumpulan semut semut yang sedang berlalu lalang, satu semut besar menyebrang tiba tiba. Jalannya pelan.


"SISKA! AWAS! SEMUT ITU!!" Lolli berteriak.


"AAAAAAA!!!!" Siska ikut berteriak melihat semut yang akan menabraknya sekitar 4 cm lagi.


"AAAAAAAAAAAAA"


Karena semut itu lama jalannya, Siska nungguin sampe semut itu bener bener nabrak dia.


Tuing.




Siska ketabrak semut


Dia jatuh tak berdaya.


"Jeng? Apa kamu baik baik saja?" Ujar Lolli di telfonnya.


"Aku....baik baik saja, Lol.... sungguh. Maaf aku gak denger kata kata kamu. Karma berlaku. Uhuk uhuk." Kata Siska sambil menangkringkan kakinya di kursi Kafe.


"Siska? Boleh aku injak kamu?"


"Untuk apa?" 


"Ada nyamuk demam berdarah di perutmu."


"TIDAAAAAK"


Dhuar


"Kenapa siska?"


"Aku gak punya pulsaaaaa!!!"


"Apasih susahnya ngomong?! Nelfon setengah setengah, sms minta pulsa. Ngaku ngaku jadi mama. Sejak kapan kamu mama aku?"


Semenjak kecelakaan itu, Siska dan Lolli tidak pernah telfon jarak dekat lagi.




~~~~














..........................






Random abis.






-_-

No comments:

Post a Comment